
PT. Gudang Garam PHK Masal Karyawannya
Di tengah riuhnya industri rokok nasional, kabar menyentak datang dari salah satu raksasa besar: PT. Gudang Garam PHK Massal menjadi perbincangan akut. Spekulasi harga saham yang anjlok dan kondisi keuangan yang memanas membuat publik tak hanya terpukau—tapi juga cemas dan bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi di balik itu semua?”
Baca juga :Profil Raja Juli: Sosok Menhut yang Jadi Sorotan Publik

Laba yang Tersungkur
Laporan keuangan semester pertama 2025 menyuguhkan gambaran kelam: laba bersih perusahaan hanya sebesar Rp117 miliar, turun tajam hingga 87% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Secara historis, tren penurunannya cukup tajam—dari rekor lebih dari Rp10 triliun di 2019, ke angka di bawah Rp1 triliun di 2024, dan kini semakin menyusut di paruh pertama 2025.
Penyebab utama: beban cukai rokok yang semakin tinggi, daya beli masyarakat yang melemah, dan pangsa pasar yang terus digerogoti oleh peredaran rokok ilegal. Meski omzet sempat mendekati Rp44 triliun, margin keuntungan tergerus berat karena biaya produksi dan cukai tetap membabi buta.
Isu PHK Massal: Benarkah Terjadi?
Spekulasi soal PT. Gudang Garam PHK Massal muncul dan langsung menyebar. Sebuah video perpisahan karyawan makin memicu kabar itu. Namun pihak HRD menegaskan: hingga kini tak ditemukan pemutusan kontrak secara masif. Pernyataan ini menenangkan sebagian orang, tapi sebagian lain masih merasa resah—apakah ini hanya klaim sepihak?
Baca juga: Siapa Ahmad Sahroni? Dari Hidup Susah Kini Jadi Politisi Sekaligus Crazy Rich
Di sisi lain, Serikat Pekerja menyuarakan keresahan: jika benar ada PHK, maka dampaknya bisa bergelombang. Ribuan pekerja rokok, logistik, hingga pedagang kecil bisa terdampak. Bahkan Ketua KSPI khawatir bahwa ini tanda ekonomi sedang tak stabil, harusnya pemerintah segera turun tangan.
Saham Terjun Bebas & Utang Membengkak
Namun ekonomi bukan hanya soal kinerja laporan. Saham perusahaan merosot ke angka Rp8.800 per lembar, jauh dari puncak enam tahun lalu yang sempat menyentuh Rp91.000. Di sisi lain, beban utang tinggi—terutama utang jangka pendek sebesar Rp18,7 triliun kepada bank nasional—seolah mempercepat detak jantung investor dan pengamat.
Lebih dari Sekadar Angka
Kasus ini seakan menegaskan bahwa PT. Gudang Garam PHK Massal bukan isu yang bisa diselesaikan lewat klarifikasi. Ini adalah soal manusia—para buruh yang berpeluh, keluarga yang menggantungkan harapan, dan masyarakat yang merasakan dampaknya secara langsung. Ketika sebuah perusahaan besar goyah, resapannya terasa jauh lebih luas daripada sekadar laporan keuangan.
Baca juga: Peringatan Kematian Munir: Dua Dekade Menyisakan Rindu dan Semangat Perjuangan

Bila melihat PT. Gudang Garam PHK Massal secara obyektif, tampak bahwa perusahaan menghadapi tekanan hebat—dari cukai, keuangan, hingga persepsi publik. Tantangannya bukan hanya bertahan, tetapi bagaimana tetap menjaga kepercayaan, keadilan bagi pekerja, dan kestabilan sektor industri secara lebih luas.
Semoga keputusan yang diambil ke depan tetap berpihak pada manusia—bukan hanya angka di neraca.