
Rumah Runtuh di sebabkan Banjir di Bali
Deras hujan itu mulai merajai Denpasar sejak Selasa malam. Banjir Bali mengubah jalan-jalan utama menjadi sungai dadakan. Air naik tanpa ampun di Jalan Kebo Iwa Selatan, merengsek masuk ke kamar kos sekitar pukul 03.00 WITA, mencapai pinggang orang dewasa dan bahkan lebih tinggi di beberapa titik. Iwan, penghuni kos, baru sadar saat suara kaleng gas portabel yang mengapung menghantam tembok. Ia buru-buru mencabut kabel terendam demi menyelamatkan perangkat kantor dari konslet. Sandal, helm, kasur, motor—semuanya lenyap tersapu derasnya banjir Bali.
Baca juga: Geger! Video Raja Juli Main Domino Bikin Heboh, Sosok Azis Wellang Ikut Disorot

Jalanan Jadi Danau, Ruko Roboh, dan Mobil Terjebak
Banjir Bali melumpuhkan akses vital. Jembatan Tukad Badung dan Jalan Sulawesi langsung lumpuh total. Arus air menyapu bangunan tiga lantai di pinggir sungai, merubuhkan dinding dan fondasi dalam hitungan menit. Mobil dan motor milik tamu penginapan di Jalan Gunung Soputan terjebak dalam genangan. Anderson kehilangan semua barang-barangnya saat air masuk ke dalam kabin mobil. Basement Pasar Kumbasari berubah jadi kolam raksasa. Ni Luh Sudiani, pedagang setempat, menatap kosong saat air menghanyutkan seluruh stok jualannya. Kehilangan itu menggambarkan betapa ganasnya Bali floods kali ini.
Ruko Ambruk, Kehilangan dan Harapan yang Patah
Ruko-ruko tekstil tempat berdirinya toko seperti Centro atau Tasnim Textile tiba-tiba roboh dilempar arus banjir Bali. Empat orang tewas, dua orang selamat dengan luka. Mereka bernama Maimunah, Nadira, Tasnim, dan Parwa Husein. Dua korban selamat—Musi dan Ousay—berhasil keluar dari reruntuhan berkat keberanian dan sedikit keberuntungan. Di Jalan Sulawesi, polisi melaporkan enam orang hilang, dua berhasil ditemukan, sementara empat lainnya masih belum diketahui nasibnya. Derasnya banjir Bali memutus banyak cerita, sekaligus meninggalkan duka mendalam.
Baca juga: Profil Alvi Maulana: Driver Ojol dengan Latar Tukang Jagal yang Memicu Tragedi Mutilasi Tiara
Warga Meratap, Menggigil di Tengah Bali Floods
Warga berseru: banjir Bali kali ini paling dahsyat sepanjang hidup mereka. I Wayan Pica mengaku trauma setelah bertahan dalam hujan deras yang tak berhenti sejak malam hingga pagi. Tiang kabel komunikasi roboh, halte bus ambruk, ruko-ruko tenggelam sepenuhnya di bawah arus luapan. Jalan utama seperti Jalan WR Supratman hingga Jalan Batubulan terputus total. Korban meninggal banjir Bali bertambah, sementara ribuan warga masih menggigil di tempat pengungsian dengan rasa takut dan kehilangan yang mendalam.
Pemerintah Sigap Menyikapi Banjir Bali
Wali Kota Denpasar langsung mengumumkan status tanggap darurat bencana banjir Bali supaya semua bantuan bisa berjalan cepat, tepat, dan menyentuh masyarakat terdampak. Dia memerintah lurah dan perbekel mendata warga terdampak, membuka posko terpadu dan memobilisasi Dinas Sosial serta Dinas Kesehatan untuk mendistribusikan selimut, kasur lipat, makanan, obat-obatan, serta kebutuhan bayi. Tanggap darurat ini menjadi bukti bahwa pemerintah bergerak cepat menghadapi Bali floods yang terus mengancam.
Baca juga: Steffi Zamora Sambut Babak Baru: Bahagia Menantu dan Menanti Si Kecil

Darurat Banjir: Korban Meninggal dan Hilang Versus Harapan
Hujan deras yang terus mengguyur menelan nyawa setidaknya empat orang dari bangunan yang runtuh dan satu pedagang Pasar Kumbasari. Dua dari korban ruko ditemukan selamat, sementara satu pedagang sudah ditemukan meninggal dan dua lainnya masih hilang. Korban meninggal banjir Bali menorehkan duka, namun warga terus berharap bantuan datang lebih banyak dan lebih cepat. Ribuan hati bergejolak, antara kehilangan orang tercinta dan harapan bertahan dalam banjir Bali yang masih menyisakan ancaman.
Setiap detik banjir Bali mencuri satu cerita, satu kehilangan, dan satu pelajaran bahwa saat air datang, manusia harus bergerak cepat, solidaritas harus mengalir, dan empati harus jadi prioritas utama.