
Ketika Netizen Menyerang, Amanda Menjawab
Amanda Manopo bukan hanya seorang aktris. Ia adalah simbol dari bagaimana perempuan muda bisa berdiri tegar di tengah gempuran ekspektasi publik dan tekanan dunia hiburan yang tak henti. Dalam beberapa minggu terakhir, nama Amanda kembali mengisi linimasa, bukan semata karena sinetron atau proyek layar lebar terbarunya, melainkan karena tubuhnya—ya, tubuh yang menjadi bahan perbincangan tajam warganet.
Dibalik Rok Mini dan Raket Padel
Tertangkap kamera sedang bermain padel, Amanda tampil dengan gaya sporty nan stylish—rok mini atletik berpadu tank top putih sederhana. Sekilas tampak seperti seleb muda pada umumnya yang tengah menikmati olahraga kekinian. Namun, unggahan ini justru memicu banjir komentar sinis. Netizen dengan mudah melabelinya “gendut” atau “tidak seperti dulu.”
Tapi Amanda bukan tipe artis yang akan mundur karena komentar julid. Di balik sorotan kamera, ia sedang menjalani proses perubahan besar untuk peran di sebuah film. Ia tidak sedang kehilangan bentuk tubuh, ia sedang membentuk karakter.
Baca juga: Top 10 Film Korea 2025 Versi Knetz
Totalitas Tanpa Batas: Dari Andin hingga Peran Baru
Perjalanan Amanda dalam dunia akting memang tidak pernah setengah-setengah. Kita pernah melihat transformasinya sebagai Andin di “Ikatan Cinta”, peran yang membawanya ke puncak ketenaran nasional. Kini, ia kembali menunjukkan dedikasinya lewat perubahan fisik yang drastis—menaikkan berat badan hampir 15 kg demi peran baru. Sebuah komitmen yang tak semua aktris berani tempuh.
“Ini bukan tentang berat badan, ini tentang karakter,” ungkap Amanda dalam sebuah wawancara.
Dan benar, seni peran bukan soal tampil sempurna, tapi bagaimana menjelma menjadi orang lain seutuhnya.
Ketika Netizen Menyerang, Amanda Menjawab dengan Elegan
Body shaming di media sosial adalah momok bagi siapa pun—terlebih bagi figur publik perempuan. Amanda memilih jalur berbeda dalam merespons. Ia tidak menyalahkan atau menyerang balik. Sebaliknya, ia berbicara jujur soal proses, tujuan, dan perjuangan yang tak terlihat di balik layar.
Reaksi Amanda ini memperlihatkan kematangan emosional dan profesionalisme tinggi. Ia mengingatkan kita bahwa perempuan, termasuk selebriti, berhak memiliki tubuh dalam berbagai bentuk—dan tetap kuat, cantik, serta relevan.
Dari Kritik ke Validasi: Kekuatan Cinta Diri Sendiri
Di tengah tekanan netizen dan ekspektasi publik, Amanda menunjukkan bahwa validasi terbaik adalah dari diri sendiri. Dia berolahraga, berlatih, dan terus berkarya. Ia juga tetap aktif membagikan momen-momen kehidupan pribadinya di media sosial dengan cara yang autentik, termasuk dalam balutan pakaian olahraga yang ia suka—bukan yang diminta publik.
“Kalau tidak mencintai diri sendiri, bagaimana bisa kita memberi cinta dalam peran?” ucap Amanda di salah satu caption Instagram-nya.
Kesimpulan
Amanda Manopo bukan hanya memerankan karakter di layar kaca. Ia sedang memerankan karakter kehidupan nyata—tentang ketegaran, profesionalisme, dan perjuangan mencintai diri sendiri. Ia mengubah body shaming menjadi bahan bakar untuk terus maju.
Amanda bukan hanya seorang aktris. Ia adalah gerakan.